Jumat, 23 Maret 2012

sekilas tentang HAM

postingan kali ini iseng - iseng saja, mengapa? setiap hari tentunya sobat semua seringkali menonton berita dsb, nah setiap tayangan pasti ada saja masalah yang menyangkut pelanggaran HAM dan akibatnya ada saja yang dirugikan, baik negara, individu, atau kelompok.
nah, kali ini kita ada baiknya membahas bagaimana dan apa penyebab utama dari pelanggaran HAM itu dan bagaimana dengan hukuman - hukumannya?

oke, langsung saja ke pokok permasalahan,....

1.      Mengapa pelanggaran HAM terus terjadi?
 Faktorfaktor penyebabnya antara lain:

Ø  kurang berfungsinya lembaga – lembaga penegak hukum (polisi, jaksa dan pengadilan) dan
pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil, pemerintah  maupun militer.

Dan disamping masalah diatas, ada hal yang paling mendasar yang menyebabkan pelanggaran ham terus terjadi, faktor lain yang esensial yaitu “sifat dasar manusia yaitu mengejar kepuasan dan mengutamakan kepentingan pribadi”. dan karena kuatnya sifat ini sehingga mendasari setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh setiap orang walaupun itu melanggar HAM . Akibatnya orang dengan begitu mudah menyalahgunakan kekuasaannya, meremehkan tugas, dan berbagai bentuk pelanggaran HAM lainnya


 Mengapa ada hukuman mati sedangkan hukuman mati tidak perbolehkan menurut HAM?

 UUD merupakan sumber hukum tertinggi di Indonesia. Pasal 28A menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Sedangkan Pasal 28I menyatakan bahwa “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”. Ke dua pasal ini secara eksplisit menegaskan bahwa hak hidup serta hak mempertahankan hidup dan kehidupan merupakan suatu hak yang mendasar. Jika ke dua pasal ini dikaitkan dengan penerapan hukuman mati, maka secara jelas dapat dikatakan bahwa penerapan hukuman mati bertentangan dengan hak asasi manusia.
Ketentuan dalam ke dua pasal di atas kembali dipertegas dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 9 ayat (1) menyatakan kembali bahwa setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
 Namun jika kita perluas cakupan masalah kepada keluarga korban kejahatan (misalkan pembunuhan berencana), maka apa yang telah dilakukan oleh terpidana dengan menghilangkan nyawa korban juga berarti telah merampas hak hidup dari si korban. Terpidana telah melanggar HAM korban dengan merampas hak hidupnya.
Dalam pasal 28J ayat (1) UUDNRI 1945 menjelaskan bahwa HAM seseorang itu dibatasi oleh HAM orang lain dan juga peraturan perundang-undangan. Jelaslah bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman mati, telah melanggar HAM orang lain dan juga peraturan perundang-undangan yang membatasi HAM itu.  
Hukuman mati dalam kacamata perlindungan HAM (korban/keluarga korban) adalah sangat dimungkinkan. Dalam penjelasan Pasal 9 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999, bahwa dalam keadaan luar biasa, pidana mati masih dapat diizinkan. Bahkan penjelasan tersebut menyatakan secara eksplisit bahwa perlindungan hak untuk hidup, hanya dapat dibatasi atas dua hal, yaitu aborsi (demi kepentingan ibunya) dan pidana mati.
 Secara sosiologis dan psikologis, hukuman mati diperlukan untuk memberikan rasa tenang dan aman dalam masyarakat, selain untuk memberikan efek jera dan edukasi (contoh). Tindak-tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati merupakan perbuatan-perbuatan yang berbahaya bagi masyarakat serta dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat, seperti pembunuhan berencana dan peredaran narkotika. Kejahatan-kejahatan tersebut dapat juga berupa perbuatan yang dapat menimbulkan korban dalam jumlah besar, seperti peredaran narkotika dan terorisme.
Jadi hukuman mati itu sah tidaknya tegantung dari masalah dan pelanggaran yang dilakukan dan dampak yang ditumbulkan oleh pelanggaran itu sendiri.


Bagaimana konsep kedaulatan hukum menurut UUD 1945?

 Di dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945, isinya adalah negara Indonesia adalah negara hukum. Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 merupakan dasar bahwa negara indonesia menganut kedaulatan hukum  segala warga negara bersamaan kedudukkanya dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya” . Maka setiap warga negara yang ada di wilayah negara indonesia memiliki  kedudukan sama di dalam hukum, jika melanggar hukum siapapun akan mendapat sanksi.

 sumber : dari berbagai sumber

sekilas tentang HAM

postingan kali ini iseng - iseng saja, mengapa? setiap hari tentunya sobat semua seringkali menonton berita dsb, nah setiap tayangan pasti ada saja masalah yang menyangkut pelanggaran HAM dan akibatnya ada saja yang dirugikan, baik negara, individu, atau kelompok.
nah, kali ini kita ada baiknya membahas bagaimana dan apa penyebab utama dari pelanggaran HAM itu dan bagaimana dengan hukuman - hukumannya?

oke, langsung saja ke pokok permasalahan,....

1.      Mengapa pelanggaran HAM terus terjadi?
 Faktorfaktor penyebabnya antara lain:

Ø  kurang berfungsinya lembaga – lembaga penegak hukum (polisi, jaksa dan pengadilan) dan
pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil, pemerintah  maupun militer.

Dan disamping masalah diatas, ada hal yang paling mendasar yang menyebabkan pelanggaran ham terus terjadi, faktor lain yang esensial yaitu “sifat dasar manusia yaitu mengejar kepuasan dan mengutamakan kepentingan pribadi”. dan karena kuatnya sifat ini sehingga mendasari setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh setiap orang walaupun itu melanggar HAM . Akibatnya orang dengan begitu mudah menyalahgunakan kekuasaannya, meremehkan tugas, dan berbagai bentuk pelanggaran HAM lainnya

 mengapa ada hukuman mati sedangkan hukuman mati tidak perbolahkan menurut HAM?

 UUD merupakan sumber hukum tertinggi di Indonesia. Pasal 28A menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Sedangkan Pasal 28I menyatakan bahwa “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”. Ke dua pasal ini secara eksplisit menegaskan bahwa hak hidup serta hak mempertahankan hidup dan kehidupan merupakan suatu hak yang mendasar. Jika ke dua pasal ini dikaitkan dengan penerapan hukuman mati, maka secara jelas dapat dikatakan bahwa penerapan hukuman mati bertentangan dengan hak asasi manusia.
Ketentuan dalam ke dua pasal di atas kembali dipertegas dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 9 ayat (1) menyatakan kembali bahwa setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
 Namun jika kita perluas cakupan masalah kepada keluarga korban kejahatan (misalkan pembunuhan berencana), maka apa yang telah dilakukan oleh terpidana dengan menghilangkan nyawa korban juga berarti telah merampas hak hidup dari si korban. Terpidana telah melanggar HAM korban dengan merampas hak hidupnya.
Dalam pasal 28J ayat (1) UUDNRI 1945 menjelaskan bahwa HAM seseorang itu dibatasi oleh HAM orang lain dan juga peraturan perundang-undangan. Jelaslah bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman mati, telah melanggar HAM orang lain dan juga peraturan perundang-undangan yang membatasi HAM itu.  
Hukuman mati dalam kacamata perlindungan HAM (korban/keluarga korban) adalah sangat dimungkinkan. Dalam penjelasan Pasal 9 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999, bahwa dalam keadaan luar biasa, pidana mati masih dapat diizinkan. Bahkan penjelasan tersebut menyatakan secara eksplisit bahwa perlindungan hak untuk hidup, hanya dapat dibatasi atas dua hal, yaitu aborsi (demi kepentingan ibunya) dan pidana mati.
 Secara sosiologis dan psikologis, hukuman mati diperlukan untuk memberikan rasa tenang dan aman dalam masyarakat, selain untuk memberikan efek jera dan edukasi (contoh). Tindak-tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati merupakan perbuatan-perbuatan yang berbahaya bagi masyarakat serta dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat, seperti pembunuhan berencana dan peredaran narkotika. Kejahatan-kejahatan tersebut dapat juga berupa perbuatan yang dapat menimbulkan korban dalam jumlah besar, seperti peredaran narkotika dan terorisme.
Jadi hukuman mati itu sah tidaknya tegantung dari masalah dan pelanggaran yang dilakukan dan dampak yang ditumbulkan oleh pelanggaran itu sendiri.


Bagaimana konsep kedaulatan hukum menurut UUD 1945?

 Di dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945, isinya adalah negara Indonesia adalah negara hukum. Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 merupakan dasar bahwa negara indonesia menganut kedaulatan hukum  segala warga negara bersamaan kedudukkanya dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya” . Maka setiap warga negara yang ada di wilayah negara indonesia memiliki  kedudukan sama di dalam hukum, jika melanggar hukum siapapun akan mendapat sanksi.

 sumber : dari berbagai sumber

Kamis, 22 Maret 2012

Tanaman budidaya dengan nilai ekonomis tinggi



lama tidak menghadirkan poting, kali ini  saya akan memposting beberapa tanaman yang cocok dibudidayakan di negara kita dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi serta prospek kedepannya sangat cerah mengingat kebutuhan dunia akan komoditi dari hasil budidaya ini sangat besar.tanaman budidaya yang akan saya bahas adalah karet kemiri dan kelapa sawit.
oke, langsung saja kita bahas....

A.   Tanaman karet

1. Mengenal Tanaman Karet
A. Karakteristik Tanaman Karet
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.
Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet.
Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
B. Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet
1. Kesesuaian Iklim
Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim sebagai berikut : suhu rata-rata harian 28° C (dengan kisaran 25-35o C) dan curah hujan tahunan rata-rata antara 2.500 – 4.000 mm dengan hari hujan mencapai 150 hari per tahun. Pada daerah yang sering turun hujan pada pagi hari akan mepengaruhi kegiatan penyadapan. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan daerah di Indonesia yang cocok untuk pertanaman karet adalah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah.
Tanaman karet tumbuh dengan baik di daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15° LS dan 15° LU. Bila ditanam di luar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet.
Angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pertanaman karet, angin yang kencang dapat mematahkan tajuk tanaman. Di daerah berangin kencang dianjurkan untuk ditanamai penahan angin di sekeliling kebun. Selain itu angin menyebabkan kelembaban udara di sekitar tanaman menipis. Dengan keadaan demikian akan memperlemah turgor tanaman. Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap keluarnya lateks pada waktu sadap, walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh.
2. Kesesuaian Lahan
Tanaman karet akan tumbuh baik pada kondisi lahan sebagai berikut : tidak ada lapisan hardpan (kalaupun ada lebih dari 2 m dari permukaan tanah), kandungan liat < 20% , pH tanah 5,0 – 6,5, kedalaman efektif > 100 cm dan kemiringan lahan 0 – 8 persen. Secara lebih rinci persyaratan untuk suatu lahan perkebunan karet.

C. Ciri-ciri tanaman karet
1. Karet Alam
a. Memiliki Banyak Biji.
b. Ukuran daun kecil.
c. Memiliki kulit yang kasar.
d. Memiliki warna lateks yang berwarna putih susu.
2. Karet Sintetis
a. Memiliki biji yang sedikit.
b. Ukuran daun kecil.
c. Kulit nya halus.
d. Memiliki warna lateks yang berwarna putih kekuning-kuningan.

2. Pembibitan Tanaman Karet

A. Ciri-ciri Dan Morfologi Bibit Tanaman Karet
Klon adalah “keturunan” yang diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif suatu tanaman sehingga sifat dari tanaman tersebut sama dengan tanaman induknya. Ciri-ciri suatu tanaman (klon) kadang-kadang berubah. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh, seperti jenis tanah, kesuburan tanah, tinggi tempat, iklim, kekurangan unsur hara tertentu, lindungan dan lain sebagainya. Pengenalan klon-klon karet dengan mengetahui ciri-cirinya sangat penting dalam menentukan mutu tanaman karet yang unggul untuk dibudidayakan.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa untuk mendapatkan pertanaman karet yang seragam diperlukan bahan tanam okulasi yang baik. Bibit yang baik diperoleh dari semaian batang bawah yang dianjurkan dan menggunakan mata okulasi dari kebun entres yang baik dan murni. Pemurnian kebun entres dilakukan dengan melihat ciri-ciri yang dimiliki oleh masing-masing klon oleh tenaga yang terlatih dan terampil.
Pengamatan dilakukan secara visual dengan memperhatikan ciri-ciri yang khas pada masing-masing klon. Dengan teknik ini diperlukan kemampuan pengenalan ciri yang khas melalui latihan yang intensif. Ciri-ciri morfologi yang diamati dapat di lihat pada :
Ciri-Ciri Morfologi untuk Membedakan Klon Karet
No.
Bagian Tanaman Karet
Ciri-ciri Morfologi
1.
Batang (umur 10 – 18 bulan)
Ciri-ciri yang diamati adalah: keadaan pertumbuhan, ketegakan batang, dan bentuk batang.
2.
Kulit Batang (telah berwarna coklat)
Ciri-ciri yang diamati adalah : corak kulit gabus, warna kulit gabus dan lenti sel.
3.
Mata (bakal tunas)
Ciri-ciri yang diamati adalah : letak mata, dan bekas pangkal tangkai daun.
4.
Payung (kelompok daun) termuda
Ciri-ciri yang diamati adalah : bentuk payung, ukuran payung, kerapatan payung, dan jarak antar payung.
5.
Tangkai Daun (payung ke dua dari atas)
Ciri-ciri yang diamati adalah : posisi dan bentuk tangkai daun, ukuran besar, ukuran panjang, dan bentuk kaki.
6.
Anak Tangkai Daun (pada payung yang telah tumbuh sempurna)
Ciri-ciri yang diamati adalah : posisi, bentuk, ukuran besar, ukuran panjang, dan sudut anak tangkai daun.
7.
Helai Daun
Ciri-ciri yang diamati adalah : warna daun, kilauan, bentuk, tepi helai daun, penampang memanjang, penampang melintang, letak helai daun dan posisi daun tengah, kedudukan simetri helaian daun pinggir, ukuran daun, dan ekor daun.
8.
Ciri-ciri Khusus
Pada dasarnya klon-klon karet tertentu kadang-kadang mempunyai ciri khusus, misalnya helaian daun tengah terpuntir.
B. Klon Unggul Tanaman Karet Dalam Budidaya Tanaman Karet
Klon karet yang dianjurkan dapat berupa hasil seleksi klon-klon introduksi atau hasil persilangan sendiri. Kegiatan seleksi klon-klon karet merupakan satu rangkaian dalam kegiatan pemuliaan yang senantiasa berkembang, baik metode maupun materi yang diuji. Klon-klon anjuran tersebut dievaluasi setiap 2 tahun melalui lokakarya pemuliaan tanaman karet, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Karet.
Klon unggul untuk tanaman karet terus dikembangkan oleh pusat penelitian karet. Klon ini dikelompokan ke dalam klon skala besar, klon skala kecil dan klon skala percobaan. Pada umumnya klon yang dianjurkan adalah klon yang termasuk skala besar. Pada tahun 1999/2000 Pusat Penelitian Karet mengeluarkan klon anjuran yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Beberapa klon-klon tersebut adalah.
  • Klon Penghasil Latek : BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 217, PB 260, PR 261, PR 255, PR 300, RRIM 600.
  • Klon Penghasil Latek-Kayu : AVROS 2037, BPM 1, PB 330, RRIC 100, TM 2 dan TMN 6.
  • Klon Penghasil Kayu : IRR 2, IRR 5, IRR 7.
-Pengadaan Bahan Tanam
Bahan tanam yang digunakan pada pengusahaan tanaman karet ada beberapa jenis, yaitu: stump mata tidur, bibit dalam polybag, stump mini dan stump tinggi. Dari segi kepraktisan, stump mata tidur lebih mudah ditangani sehingga biaya lebih murah. Kelemahannya adalah tingkat kematian di lapang cukup tinggi sehingga diperlukan jumlah yang cukup banyak. Bibit dalam polybag sangat menjamin tingkat keberhasilan penanaman di lapang serta kemurnian klon lebih terjamin, tetapi biayanya cukup mahal.
Pengadaan bahan tanaman dilakukan dengan dua tahap yaitu : pesemaian dan dilanjutkan dengan pembibitan. Di lokasi pembibitan dilaksanakan okulasi dan jika okulasi berhasil maka akan dihasilkan stump mata tidur atau bibit dalam polybag atau stump mini.
C. Teknik Budidaya Tanaman Karet (Tahap Persiapan)
1. Survei dan desain blok
Survei awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal lokasi kebun yang akan dibangun. Kondisi awal ini akan mempengaruhi kegiatan, manajemen dan biaya persiapan lainnya. Data yang dikumpulkan pada survei ini adalah, vegetasi awal, topografi lahan dan luas areal.
Sebuah kebun terdiri atas beberapa afdeling dan setiap afdeling terdiri atas beberapa blok kebun. Berdasarkan data topografi yang diperoleh dapat ditentukan lokasi-lokasi peruntukan kantor, emplasemen, pabrik dan kebun. Sebagai gambaran ukuran blok yang digunakan adalah 16 ha (400 m x 400 m) atau 25 ha (500 m x 500 m) dan setiap afdeling terdiri atas 10 sampai 20 blok. Total luas lahan yang digunakan untuk tanaman dan emplasemen ini sangat tergantung dari kondisi lahan yang ada. Biasanya luasan ini bervariasi antara 80 sampai 85 persen.
Tapi untuk pembudidayaan secara mandiri hanya membutuhkan lahan untuk kebun saja.
2. Persiapan dan pembukaan lahan
Tata cara pembukaan lahan yang akan dilakukan sangat dipengaruhi oleh kondisi vegetasi awal (hutan primer, hutan sekunder, semak belukar/padang alang-alang atau kebun karet tua). Secara garis besar kegiatan yang tercakup dalam pembukaan lahan adalah: penebangan pohon kecil (diameter < 20 cm), penebangan pohon besar, peracunan tunggul, perumpukan kayu ke pinggir jalan, pemotongan dan pengangkutan kayu tumbang dari areal penebangan, pembersihan jalur tanam, pemancangan titik tanam, pembuatan teras (jika perlu), penanaman penutup tanah dan pembuatan lubang tanam.
Pada lahan yang vegetasi awalnya berupa semak belukar/padang alang-alang, tahap kegiatannya akan lebih mudah. Pada lahan berupa semak dapat langsung ditebas dan dibersihkan dan lahan siap untuk dibuatkan lubang tanamnya. Pada lahan padang alang-alang penggunaan herbisida (dengan dosis 6 l/ha) akan lebih efektif untuk pembukaan lahan.
3. Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air pada daerah yang baru dibuka merupakan kegiatan yang sangat penting agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Kegiatan ini sangat tergantung dari tingkat kemiringan lahan yang dibuka. Pada lahan-lahan yang datar (kemiringan lahan 0 – 3%), konservasi tanah dapat dilakukan dengan membuat guludan-guludan pada daerah-daerah yang agak miring. Pada tingkat kemiringan yang lebih besar, konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan membuat rorak (saluran buntu) atau dengan pembuatan teras. Saluran air juga perlu dibuat untuk menghindari terjadinya limpasan air yang terjadi akibat terbukanya lahan. Selain secara fisik konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan cara biologi yaitu dengan penggunaan tanaman penutup tanah.
4. Penanaman tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah (legum cover crops/LCC) berfungsi untuk melindungi tanah yang terbuka terhadap erosi terutama yang disebabkan oleh air hujan, sebagai sumber bahan organik dan meningkatkan kandungan nitrogen tanah. Jenis legum yang digunakan adalah Pueraria javanica, Centrocema pubecens dan Calopogonium mucunoides dengan dosis 12 kg sampai 15 kg per hektar. Dianjurkan pula untuk menyisipkan Calopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) yang berasal dari biji atau stek dalam polybag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha.
Penanaman kacangan ini dilakukan sebelum penanaman bibit karet dilakukan dengan tujuan.
·       Menghindari kemungkinan erosi.
·       Memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah (pelapukan bahan organik dan fiksasi nitrogen dari udara).
·       Mengurangi penguapan air, dan sebagai reservoir air bagi tanaman karet.
·       Membatasi pertumbuhan gulma.
LCC ditanam dengan cara menebarkan benih yang telah dicampur dengan pupuk Rock Phospate (RP) dengan dosis 50 kg/ha yang ditebar merata di dalam alur di gawangan karet. Untuk meningkatkan daya tumbuh LCC selama 3 bulan pertama pemeliharaan (pengendalian gulma dan pemupukan) harus intensif dilakukan.
5. Pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan)
Pembangunan infrastruktur jalan sebaiknya dilakukan sejak awal agar proses pembangunan kebun dapat berjalan dengan baik. Pada kebun karet ada beberapa kelas jalan yaitu : jalan utama, jalan transpor, jalan produksi dan jalan blok. Jalan utama menghubungkan kantor pusat kebun ke afdeling atau ke jalan raya dibuat dengan lebar 6 m, jalan transpor menghubungkan lokasi afdeling ke jalan utama dibuat dengan lebar 4 m, jalan produksi adalah jalan yang menghubungkan antar blok dibuat dengan lebar 3 m. Total luas jalan ini diperkirakan mencapai 15% dari total lahan.
D. Teknik Budidaya Tanaman Karet (Tahap Pembangunan Kebun)
Pembibitan tanaman karet dilakukan dua tahap yaitu, persemaian benih dan pembibitan. Persemaian bertujuan untuk menyeleksi kecambah yang tumbuh. Benih ditanam dalam bedengan selama maksimum 21 hari. Benih-benih yang tumbuh segera dipindahkan ke pembibitan. Benih-benih yang baru tumbuh setelah 21 hari dianggap afkir.
Kecambah ditanam di pembibitan dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm x 60 cm. Pemeliharaan di pembibitan dilaksanakan selama 12 sampai 18 bulan (untuk siap diokulasi coklat) dimana pada saat itu diameter batang telah mencapai 2 sampai 3 cm dan berwarna coklat. Jika tanaman karet alam Tidak perlu diokulasi.
Untuk mendapatkan bibit karet sintetis harus melalui okulasi. Oleh karena itu perlu batang atas (entres) yang berasal dari kebun entres. Kebun entres adalah kebun yang dibangun untuk memproduksi batang atas. Bahan tanam yang digunakan adalah stump mata tidur dan ditanam dengan jarak tanam 1 m x 1 m. Biasanya kebun entres ini baru dapat dipanen pada umur 1,5 tahun setelah tanam. Batang entres ini dapat dipersiapkan sendiri atau membeli di pusat penelitian karet. Persiapan tanam dan penanaman. Sebelum penanaman di lapang, lahan perlu diajir untuk menentukan titik-titik penanaman. Tanaman karet ditanam dengan populasi 500 tanaman per hektar (jarak tanam yang digunakan dapat 8 m x 2,5 m atau 7 m x 3,3 m) dengan arah barisan utara-selatan. Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.
Penanam dilakukan pada saat awal musim hujan, sehingga bibit yang ditanam di lapang akan memperoleh air yang cukup untuk pertumbuhannya. Lubang yang telah dibuat diisi kembali dengan tanah sedalam setengah dalam lubang tanam kemudian bibit diletakan ditengah lubang tanam dan setangah bagian lagi tanah dimasukan dan dipadatkan. Bibit tertanam baik jika bibit tidak mudah bergoyang.

3. Perawatan Tanaman Karet
A. Perawatan tanaman Karet Belum Menghasilkan
1. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar barisan tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal batang dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur tanaman pada daerah yang dibebaskan dari gulma adalah daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman. Dengan cara demikian maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan penyadapan dapat dilakukan dengan mudah.
Pada masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan cara manual yaitu dengan mencabut/membersihkan gulma secara langsung dengan tangan/kored. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup tanah yang melilit batang karet. Cara pengendalian dengan menggunakan herbisida hanya dilakukan secukupnya saja.
2. Pemupukan
Pemupukan pada TBM berfungsi untuk mempercepat tanaman mencapai matang sadap. Pada umumnya unsur yang diberikan adalah N, P, K dan Mg dengan dosis sesuai anjuran daerah setempat. Pupuk ini diberikan dua kali dalam setahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Jika dirasa perlu, penggunaan pupuk daun juga dapat dilaksanakan.

3. Irigasi dan pemberian mulsa
Pemberian irigasi pada tanaman belum menghasilkan jarang sekali dilakukan. Untuk mengurangi tingkat evapotranspirasi di sekitar pertanaman, maka pada daerah perakaran tanaman diberikan mulsa jerami. Dari beberapa penelitian perlakuan ini akan mengurangi evapotranspirasi, menurunkan suhu tanah dan meningkatkan ketersediaan air dalam tanah. Pemberian mulsa ini dapat dilakukan sejak awal tanaman ditanam di lapang sampai tajuk tanaman sudah saling menutup.
4. Pembentukan bidang sadap.
Pembentukan bidang sadap dilakukan dengan dua cara di bawah ini.
1. Untuk klon yang cenderung membentuk cabang digunakan cara pembuangan tunas. Semua tunas yang tumbuh di bawah ketinggian 2,5 m dipotong/dibuang sehingga batang tanaman akan tumbuh dengan baik (tinggi dan lurus).
2.Untuk klon yang sulit membentuk cabang/tunas maka dilakukan pemenggalan (topping) pada ketinggian 2,5 m atau penguncupan (pengikatan daun-daun dalam satu payung) pada ketinggian 2,5 m. Dengan cara demikian diharapkan akan tumbuh tunas dan menghasilkan bidang sadap yang baik.
5. Pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit.
Pada tanaman belum menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada hama. Penyakit yang sering menyerang tanaman karet pada umumnya adalah rayap (Coptotermes sp), yang dapat diberantas dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau Basudin 6 0 EC dengan konsentrasi 0,3%. Sementara itu hama Kuuk (Exopholis hypoleuca) dapat diberantas dengan Basudin 10 G.Penyakit tanaman karet lainnya yang seringpula ditemukan pada antara lain.
  1. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas dengan collar protectant.
  2. Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75 wp dengan konsentrasi 0,1 sampai 0,2%. Sementara itu, jika menyerang TM, dapat diberantas dengan sistem fogging menggunakan Daconil atau fungisida lainnya.
  3. Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan Fomac 2 atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.
  4. Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin Ready Mix 2%.
  5. Penyakit bidang sadapan Mouldyrot dapat diberantas dengan Benlate konsentrasi 0,1 – 0,2 % atau Difolan 4F konsentrasi 1 – 2 %.
  6. Penyakit bidang sadapan kanker garis (Phytophora palmivora) diberantas dengan Difolatan 4 F konsentrasi 2 – 4 %.
Sensus dan konsolidasi tanaman. Sensus tanaman bertujuan untuk mengetahui jumlah dan kondisi tanaman yang ada di lapang. Dengan demikian dapat diketahui berapa jumlah tanaman yang harus disulam (konsolidasi tanaman). Kegiatan sensus tanaman akan terus dilakukan sampai tanaman menghasilkan, sedangkan penyulaman hanya dilakukan sampai tanaman berumur 4 tahun.
Pemeliharaan jalan produksi. Pemeliharaan jalan secara rutin dilaksanakan dengan selang/rotasi pemeliharaan 6 bulan sekali. Pada kondisi khusus (curah hujan tinggi) dapat saja perbaikan/peningkatan mutu jalan dilakukan di luar jadwal yang telah ditentukan. Pemeliharaan jalan ini dapat berupa penimbunan/pemadatan, pemeliharaan saluran dan perbaikan badan jalan.
Pengukuran lilit batang. Pengukuran lilit batang dilakukan untuk melihat perkembangan pertumbuhan tanaman dan terutama untuk menentukan waktu matang sadap. Pengukuran ini secara rutin dilakukan 6 bulan sekali pada semua tanaman yang ada di lapangan. Dengan dilakukannya pengukuran lilit batang ini dapat dipersiapkan jumlah peralatan dan tenaga kerja penyadap yang diperlukan.
Secara umum setiap tahun lilit batang tanaman karet akan bertambah antara 10 sampai 12 cm. Tanaman karet baru dapat disadap jika (1) lilit batangnya pada ketinggian 1 m dari pertautan lebih besar atau sama dengan 45 cm dan (2) 60% dari populasi.
B. Perawatan Tanaman Karet Menghasilkan
1. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada tanaman karet menghasilkan lebih diarahkan pada daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman karet, sedangkan gawangan karet tetap dapat ditumbuhi gulma lunak.
Pada daerah barisan tanaman karet harus bebas dari gulma. Untuk itu digunakan pengendalian gulma secara kimia/herbisida. Pengendalian gulma dengan herbisida dilakukan 1 bulan sebelum pemberian pupuk agar pada saat pemupukan tanaman dapat menyerap pupuk secara optimal. Walaupun pada daerah gawangan terdapat gulma lunak tetapi tidak boleh tumbuh gulma berkayu seperti Melastoma malabatrichum.
2. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman karet menghasilkan didasarkan pada analisis tanah dan daun yang dapat dilakukan 1 sampai 2 tahun sekali. Oleh karena itu untuk masing-masing daerah dosis pupuk yang diberikan akan sangat bervariasi. Pupuk diberikan dengan cara disebar di sekitar daerah perakaran tanaman lalu dicampur dengan tanah. Pemupukan dilakukan dua kali tahun sekali yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
3. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit. Dengan menggunakan insektisida berupa:
-Furandan 3G 0,2%
-Agrolene 26 Wp 0,2%
-Lindamul 250 Ec 0,2%
Cara Pemakaian Insektisida digunakan Furandan 3G sebanyak 5-10 gram per pohon lalu taburkan di sekeliling batang karet dapat pula dilakukan dengan cara penyemprotan larutan Agrolene dan Lindamul.
Pada tanaman menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada hama. Penyakit gugur daun yang menyerang daun muda (setelah gugur daun) sering dijumpai di lapangan jika kondisi iklim lembab. Pada tanaman yang disadap cukup berat juga sering dijumpai penyakit kekeringan alur sadap (KAS).
4. Pengelolaan tanaman penutup tanah
Pengelolaan tanaman penutup tanah pada tahap ini tidak seintensif pada tanaman belum menghasilkan. Kegiatan lebih diarahkan pada menjaga tanaman penutup tanah agar tidak mengganggu kegiatan pemeliharaan dan penyadapan yaitu dengan cara memangkas tanaman penutup tanah yang menjalar ke tanaman karet.

4. Penyadapan
A. Penyadapan Karet Alam
Pada umumnya, cara penyadapan karet alam dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. S (Alur bentuk spiral)
S (Alur bentuk spiral) memakai setengah dari batang karet atau sebagian dari batang karet. Penyadapan ini bisa sebelah kanan atau sebelah kiri dan kualitas airnya pun tergolong sedikit karena penyadapannya memakai setengah dari batang karet, S/2 merupakan tergolong dalam alur penyadapan yang memiliki intensitas sadap 100%.
2. V (Alur bentuk V)
V (Alur bentuk V) memakai dua bagian dari batang karet yaitu disebelah kanan dan disebelah kiri atau diseluruh batang karet kena sadap dan jumlah airnya lebih maksimal dibandingkan dengan cara penyadapan S (Alur bentuk spiral) karena seluruh dari kulit batang karet mengeluarkan air.
3. C (Alur tanpa bentuk)
Alur ini berbentuk (C) atau tanpa arah cara penyadapan ini sangat merugikan para petani karet karena cara penyadapan ini sangat merusak batang karet sehingga hama dapat menyerang karet, jumlah airnya pun sangat banyak dibandingkan cara sadap V (Alur bentuk V) dan tahan menetes sampai 1 hari penuh.

B. Penyadapan Karet Sintetis
Karet sintetis pun memakai 3 jenis penyadapan yaitu:
1. S (Spiral)
Dalam karet sintet cara penyadapan S (Spiral) ini berbeda dengan cara penyadapan karet alam. Cara penyadapan ini memakai 1/3 dari batang karet karena batangnya yang kecil tetapi jumlah airnya tak kalah dengan jumlah air karet alam dan intensitasnya pun 100%.
2. V (Bentuk V)
Dalam Karet sintetis pantadapan ini sangat berpengaruh pada batang karet sintetis karena batang karet sintetis ukuran batangnya lebuh kecil daripada laret alam biasanya karet sintetis besar batangnya yang siap di sadap sebesar kaleng cat tetapi jumlah airnya sangatlah banyak dari karet alam karena batangnya yang kecil tetapi banyak mengandung air.
3. C (Tanpa bentuk)
Sistem sadap ini sangat merusak batang karet dan hama pun dapat menyerang batang karet tetapi jumlah air yang dihasilkan sangat banyak dari cara penyadapan V (Bentuk V) dan tahan menetas sampai 1 hari penuh.

C. Alat-alat untuk penyadapan karet
1. Pisau Penyadapan
Pisau penyadapan ini menggunakan ujung pisau yang melengkung yang berbentuk seperti huruf V , Pisau ini disebut juga pisau sadap.
2. Pancur Saluran Karet
Pancur ini biasanya menggunakan kaleng atau seng yang digunting dan memiliki ukuran lebar 1-2 cm dan panjang 2-4 cm, gunanya untuk saluran lateks supaya tidak menetes di tempat lain.
3. Mangkuk Penampung Lateks Saat Disadap
Kegunaan mangkuk ini adalah untuk menampung lateks pada saat disadap yang berbentuk bulat setengah bola dan memiliki diameter 8-13 cm.
4. Pengasah Pisau Sadap
Pengasah pisau sadap ini berbentuk seperti papan yang memiliki panjang 8-10 cm, lebar 4-5 cm, dan tebal 0,5 cm, gunanya untuk mempertajam mata pisau sadap.



5.Pengolahan Hasil
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Takaran
b. Bak Pembeku
c. Alat Pengaduk
d. Mesin Penggiling
e. Tempat Pengeringan
f.  Tempat Pengasapan
g. Air
2. Bahan
a. Lateks
b. Bahan Pembeku (asam semut)
B. Pembekuan Karet Alam
Pada umumnya bentuk bahan olah karet rakyat berupa lateks kebun, slab tipis, sit angin, dan lump segar. Rendahnya mutu bahan olah karet rakyat pada dasarnya disebabkan karena teknik pengolahan di tingkat petani tidak sesuai dengan persyaratan. Petani biasanya mengolah slab tipis secara tidak beraturan bahkan menambahkan bahan lain seperti tanah dan kotoran lainnya untuk menambah berat dan biasanya menggunakan bahan pembeku berupa gadung tawas dan asam sulfat, sebelum dijual terlebih dahulu mereka merendam karet di sungai atau dikolam.
C. Teknik Pegolahan Karet Sintetis
1. Alat dan Bahan yang diperlukan ialah:
a. Lateks Segar
b. Takaran atau Galas Ukur
c. Gilingan Tangan
d. Alat pengaduk
2. Cara Pengolahan
1. Bersihkan semua peralatan yang akan digunakan.
2. Encerkanlah lateks segar yang belum mengalami pra koagulasi.
3. Saring lateks dan masukan ke dalam bak pembeku.
4. Aduk sampai merata Kemudian dicampur dengan cuka/setiap 1 Kg karet kering 350 s/d 375 Cc larutan 1% cuka.
5. Diamkan lateks sekitar ± 30 menit agar membeku.
6. keluarkanlah lateks yang telah beku, kemudian digiling dalam gilingan polos dan kembang, kemudian direndam rata-rata 60 menit.
7. Cuci lembaran sit dengan air bersih untuk menghilangkan serum.
8. Simpan di tempat yang kering.





































B. Kelapa sawit
Sejarah Perkembangan Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat, merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman kelapa sawit dibudidayakan sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai pada tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia ), kemudian budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manejemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN).
Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil.
Manfaat dan Keunggulan Tanaman Kelapa Sawit
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah menjadi bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsimsi per kapita.
Peranan Kelapa Sawit dalam Perekonomian Indonesia
Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit (dalam hal ini minyaknya) mempunyai peran yang cukup strategis, karena : (1) Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng tersebut. Ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masarakat. (2) Sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun pajak. (3) Dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sampai pertengahan tahun 1970 an minyak kelapa merupakan pemasok utama dalam kebutuhan minyak nabati dalam negeri. Baik minyak goreng maupun industri pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit. Produksi kelapa yang cenderung menurun selam 20 tahun terakhir ini menyebabkan pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada awal tahun 1970. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung meningkat sehingga kedudukan minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri minyak goreng. Dari segi perolehan devisa, selama beberapa tahun terkhir ini kondisinya kurang baik. Volume ekspor selama dekade terakhir ini memang selalu meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak selalu diikuti oleh peningkatan dalam nilainya. Hal ini terjdi karena adanya fluktuasi harga di pasaran Internasional.
Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit
Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
Batang
Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.

Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
Persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 1-500 m dpl. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas.
Penyediaan benih
1) Diperoleh Sumber Benih Kelapa Sawit
Sumber benih yang baik dapat diperoleh dari balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA). Dalam penyediaan benih kelapa sawit, balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih.
2) Penyediaan benih sendiri
Untuk memperoleh buah / benih yang baik, penyerbukan yang terjadi pada bunga betina dari pohon induk harus dilakukan secara terkontrol. Untuk maksud tersebut, penyerbukan harus dilaksanakan secara buatan. Dalam penyerbukan secara buatan, pohon induk untuk bunga betina yang digunakan adalah tipe Dura atau Delidura terpilih seperti terdapat di Marihat research Station, sedangkan sebagai pohon induk bunga jantan digunakan tipe Pisifera yang juga tersedia di Marihat Research Station. Penyerbukan buatan diawali dengan penyediaan serbuk sari. Beberapa saat sebelum bunga matang, bunga jantan dari pohon induk terpilih dibungkus dengan kantung plastik transparan. Setelah bunga jantan tersebut matang, lalu dipotong dan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan dari tandannya, kemudian diangin-anginkan. Serbuk sari ini dimasukkan ke dalam tube dengan mencampurkan 0,25 gram serbuk sari dengan 1 gram talk. Tube yang telah berisi serbuk sari dimasukkan ke dalam sebuah botol kemudian divakumkan. Sambil menunggu saat penggunaannya botol serbuk sari harus disimpan di dalam almari pendingin (freezer). Pada pohon induk untuk bunga betina terpilih, tandan bunga betina ditutup dengan kantung plastik transparan dan diberi label. Amati bunga sampai mencapai tingkat matang reseptif. Ciri-ciri bunga betina yang telah matang adalah : warna kepala putik menjadi kemerah-merahan dan telah terbuka dan berlendir. Setelah bunga betina reseptif, serbukilah dengan serbuk sari yang telah disiapkan. Satu tube campuran serbuk sari (0,25 gram serbuk sari + 1 gram talk) cukup untuk menyerbuki satu tandan bunga betina. Bunga betina yang telah diserbuki diberi label dan ditutup dengan plastik transparan. Empat hari kemudian penutup dibuka dan tandan bunga betina dibiarkan untuk pertumbuhannya lebih lanjut. Setelah 6 bulan, tandan buah umumnya telah masak. Panen buah dan benih dilakukan bila pada satu tandan telah terdapat paling sedikit satu buah telah lepas dari tandannya.

Pengecambahan benih kelapa sawit
1) Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
2) Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
3) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit. Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran seragam. Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.
4) Untuk mengecambahkan benih, dilakukan perendaman terlebih dahulu. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang baru.
5) Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17 %.
6) Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C.
7) Benih diperiksa setiap 3 hari sekali ( 2 kali per minggu ) dengan membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air (gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21 – 22 % untuk benih Dura dan 28 – 30 % untuk Tenera.
8) Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit.
Pembibitan Kelapa Sawit
Lokasi/areal untuk pelaksanaan pembibitan dengan pesyaratan : harus datar dan rata, dekat dengan sumber air, dan letaknya sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman (misalnya tersedia springkle irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan.
Terdapat dua teknik pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama(nursery)selama 9 bulan.
a) Cara langsung
Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti pada cara pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya.
(b) Cara tak langsung
Cara tak langsung dilakukan dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan persemaian bibit(nursery)selama 9 bulan.
Tahap pendederan (prenursery)
Benih yang sudah berkecambah di deder dalam polybag kecil, kemudia diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya.
Ukuran polybag yng digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm (lay flat).
Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.
Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.
Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).
Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.
Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.
Pesemaian bibit (nursery)
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.
Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) dipesemaian bibit.
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanahsekitar bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm.
Kegiatan pemeliharaan bibit Kelapa Sawit di pembibitan
1) Penyiraman; kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar 9–18 liter per minggu untuk setiap bibit.
2) Pemupukan; untuk pemupukan dapat digunakan berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.
3) Seleksi bibit; seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit terkulai, c) anak daun tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, e) anak daun tidak sempurna.
Penanaman Kelapa Sawit
1) Persiapan lahan
Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan : bekas hutan (bukaan baru, new planting), bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi), bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting).
Pembukaan lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah secara mekanis.
Pembukaan lahan secara mekanis pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang; c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan swetelah kering lalu dibakar; d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).
2) Pengajiran ( memancang)
Maksud pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m. Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon.
3) Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.
4) Menanam
Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:
- Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.
- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit
a. Penyulaman
- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik.
- Saat menyulam yang baik adalah pada musim hujan.
- Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam yaitu bibit berumur 10 – 14 bulan.
- Banyaknya sulaman biasanya sekitar 3 – 5 % setiap hektarnya.
- Cara melaksanakan penyulaman sama dengan cara menanam bibit.
b. Penanaman tanaman penutup tanah
- Tanaman penutup tanah (tanaman kacangan, Legume Cover Crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma.
- Penanaman tanaman kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
- Jenis-jenis tanaman kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalh Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica.
- Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
c. Membentuk piringan (bokoran, circle weeding)
- Piringan di sekitar pokok (pohon kelapa sawit) harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah di sekitar pokok dengan jari-jari 1 – 2 meter dari pokok harus selalu bersih dan gulma yang tumbuh harus dibabat, disemprot dengan herbisida.
d. Pemupukan
- Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K,Mg dan B (Urea, TSP, Kcl, Kiserit dan Borax).
- Pemupukan ekstra dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit.
- Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
- Untuk tanaman menghasilkan dosis yang digunakan berdasarkan analisis daun.
- Dosis pemupukan tergantung pada umur tanaman.
- Contoh dosis pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan adalah sebagai berikut :
Urea : 2,0 – 2,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
KCl : 2,5 – 3,0 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
Kiserit : 1,0 – 1,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
TSP : 0,75 – 1,0 kg/ph/th → diberikan 1 x aplikasi
Borax : 0,05 – 0,1 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut :
Urea : 0,40 – 0,60 kg
TSP : 0,25 – 0,30 kg
KCl : 0,20 – 0,50 kg
Kiserit : 0,10 – 0,20 kg
Borax : 0,02 – 0,05 kg
- Pada tanaman belum menghasilkan pupuk N,P,K,Mg,B ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun.
- Pada tanaman yang sudah menghasilkan: pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P,K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1 – 3 meter dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30 – 50 cm dari pokok.
- Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September – Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan paada akhir musim hujan (Maret – April) untuk pemupukan yang kedua.
e. Pemangkasan daun
Maksud pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan panenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur / tingkat pertumbuhan tanaman.
Macam-macam pemangkasan :
- Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16 – 20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
- Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20 – 28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas dalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
- Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu dalam pelaksanaan panenan.
Hama dan Penyakit Kelapa Sawit
Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.
Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .
Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan proses pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan buah matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

C. BUDIDAYA TANAMAN KEMIRI
(Aleurites moluccana Wild)
A.    Manfaat.
Pada lapangan yang berkonfigurasi datar sampai pada tempat-tempat bergelombang dan curam. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah yang berpasir, maupun pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur. pohon ini masih dapat tumbuh dengan baik. Tinggi pohon sampai 35 cm, panjang batang bebas cabang 10-14 m , diameter sampai 100 cm, kulit luar berwarna kelabu, beralur sedikit dan dangkal, tidakmengelupas. Kemiri mulai berbuah pada umur 3,5 sampai dengan 4 tahun. pada umur 5 tahun produksi buah rata-rata 200 kg/pohon/tahun. Dari biji kemiri dapat diolahmenjadi minyak atau lemak kemiri yang digunakan sebagai bahan obat-obatan, kosmetik, coating dan industri cat.
Kayu teras berwarna putih kekuning-kuningan, mudah diserang jamur biru, gubal tidak dapat dibedakan dari kayu teras. Berat jenis rata-rata 0,31, kelas kuat IV - (V) dan kelas awet V. Kayu dapat digunakan untuk plywood, peti, korek api dan barang kerajinan.



B.     Tempat Tumbuh.
Pohon kemiri atau Aleurites moluccana Wild, dapat dijumpai hampir sebagian besar Indonesia, pohon ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-800 m diatas permukaan laut. Pada daerah yang beriklim kering seperti di Sulawesi Selatan, maupun pada daerah yang beriklim basah seperti di Jawa Barat.
C.  Teknologi Budidaya Tanaman Kemiri.
1.   Pembibitan
a)  Benih.
Buah yang masak dapat diperoleh setelah 3-4 bulan dari masa berbunga, buah masak akan jatuh. Buah yang berbiji satu disebut biji jantan bentuknya bulat dan lama berkecambahnya lebih panjang dari biji betina.
Beberapa cara perlakuan yang dapat dilakukan sebelum biji disemai antara lain.
-          Biji direndam dalam air dingin 15 hari, kemudian dipukul dengan palu kecil hingga biji retak. Usahakan pemukulan tidak terlalu keras, cukup asal belah sedikit.
-          Mengikir biji pada bagian yang akan keluar lembaga. Sesudah +/- 45 hari semai siap disapih dan dilaksanakan seleksi semai dan yang harus diperhatikan pilih semai yang tegak lurus, sehat dan sehat dan ketika dilakukan pencabutan agar hati-hati agar akar tidak rusak/luka.

b)     Pembibitan.
Biji yang diperoleh di semaikan dengan media tabur dari tanah dan pasir dengan perbandingan 1 : 2 dan campuran ini disaring dengan kawat saringan berukuran 2 mm. Kemudian campuran ini sebaiknya disterilkan dengan cara digoreng sebelum dimasukkan kedalam bak plastik dengan tujuan agar bebas dari bibit penyakit. Biji kemiri disemai sedalam +/- 2,5 - 10 cm.  Pembibitan baru dapat digunakan setelah berumur 6 sampai 1 tahun.

2.      Penyiapan lahan.
a)      Program HTR mengarahkan adanya rotasi penanaman tanaman Hutan, dengan demikian perlu desaign sedemikian rupa, agar lahan yang disediakan untuk digarap dapat secara periodik menghasilkan tanaman hutan. Untuk itu pemilihan tanaman didasarkan pada luas yang digarap dan komodite yang ditanam sesuai dengan umur panen.
b)      Budidaya di lahan HTR menggunakan sistem tumpang sari pada tahun pertama sampai dengan tahun ke empat. Dengan sistem tersebut menentukan jarak tanam yang memberikan peluang bagi tanaman sela untuk tumbuh dan jarak tanam yang tepat.  Untuk tanaman kemiri maka jarak tanam yang digunakan adalah 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m. Untuk membantu jarak tanam dan arahnya tertata rapi maka dibuat dengan diajir dahulu.
c)      Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan pada ajir dilobangi dengan ukuran  : 40 x 40 x 30 cm.

3.      Penanaman.
a)      Penanaman dilakukan pada awal musim hujan.
b)      7 hari sebelum dilakukan pemupukan dengan pupuk an organik masing-masing lobang 75 gram Urea + 50 gram KCl dan 50 gram SP.
c)      Penggunaan pupuk hayati yang berguna untuk pembenah tanah yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah dengan menggunakan: bio P 2000 Z + Phosmit  + air dengan perbandingan 1 : 1: 180. siramkan pada lobang tersebut 0,5 liter air campuran tersebut.
d)     Penanaman dilakukan dengan menimbun sampai batas leher akar, hati-hati akar jangan sampai bengkok. Jika ada akar yang sudah keluar sebaiknya dipotong.

4.      Pemeliharaan.
a)      Pada penenaan di HTR (hutan tanaman rakyat) dilakukan dengan sistem tumpangsari selama 4 tahun, maka pemeliharaan yang berupa penyiangan, pemupukan dan pendangiran  dilakukan pada lahan tanaman sela tersebut, yang sekaligus sebagai pemeliharaan di tanaman hutan.
b)      Pada tanaman hutan yang perlu mendapatkan perhatian adalah penyulaman, karena penanaman tidak ada penjarangan maka diupayakan tanaman yang telah dilokasikan tetap hidup. Jika mati cepat dilakukan penyulaman.
c)      Keamanan, dengan adanya aktivitas budidaya tanaman sela dimungkinkan adanya kerusakan. Maka agar tetap aman dapat diberikan pagar pengaman atau tonggak penyangga tanaman.
d)     Pemupukan. Khusus untuk tanaman hutan yang sudah tidak ada tanaman selanya maka perlu adanya pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan ada dua macam yaitu: (1) penggunaan pupuk an organik  seperti Urea, KCl dan SP. (2) pupuk hayati, yaitu berupa mikroba yang mampu mengelola unsur hara alam untuk disediakan bagi tanaman, selain memperbaiki kondisi tanah.

Jadwal dan dosis penggunaan pupuk adalah sebagai berikut:
Jadwal dan dosis penggunaan pupuk anorganik dan pupuk hayati Bio P 2000 Z:
           
Jadwal
Penggunaan Bio P 2000 Z
+ Phosmit
Penggunaan pupuk
an organik
Oktober
1 liter Bio P 2000 Z + 1 liter Phosmit  + 200 liter air
100 kg Urea + 50 kg KCl  + 50 kg  Phospat
Januari
1 liter Bio P 2000 Z + 1 liter Phosmit  + 200 liter air
100 kg Urea + 50 kg KCl  + 50 kg  Phospat
April
1 liter Bio P 2000 Z + 1 liter Phosmit  + 200 liter air
100 kg Urea + 50 kg KCl  + 50 kg  Phospat
Juli
1 liter Bio P 2000 Z + 1 liter Phosmit  + 200 liter air
100 kg Urea + 50 kg KCl  + 50 kg  Phospat
Dst
dst
dst

5.      Panen.
Tanaman kemiri mempunyai dua produk yang diperoleh yaitu:
a)      Buah kemiri yang dapat digunakan berbagai kebutuhan. Tanaman kemiri akan berbuah setelah berumur 3,5 s/d 4 tahun. Buah dalam 1 tanaman cukup banyak dengan nilai cukup menjanjikan.
b)      Kayu kemiri, merupakan kayu yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Setidak-tidaknya sebagai kayu bakar. Pertumbuhan tanaman kemiri yang relatif cepat merupakan suatu potensi pengadaan kayu untuk berbagai kebutuhan tersebut.


sumber : dari berbagai sumber

Label