Sabtu, 15 Desember 2012

Cara Bercocok Tanam Kangkung Darat

Cara Bercocok Tanam Kangkung Darat

kangkung darat

Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk ke dalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A.

Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan
2. Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah.

Cara Budidaya Kangkung

1. Benih Kangkung
Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan satu hektar diperlukan benih sekitar 10 kg. Varietas yang dianjurkan adalah varietas Sutra atau varietas lokal yang mempunyai daya adaptasi lebih baik dibanding varietas lain.

2. Persiapan Lahan Kangkung
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan, untuk mempermudah pemeliharaan sebaiknya panjang bedengan tidak lebih 15 m. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit untuk menaikkan derajat keasaman tanah dosis 1,5 t/ ha, pengapuran dilakukan sebelum penanaman, yaitu 2-4 minggu sebelum tanam.

3. Pemupukan Kangkung
Pupuk organik (sebaiknya kotoran ayam yang telah difermentasi) diberikan tiga hari sebelum tanam dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik berupa Urea 15 gr/m2 pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di samping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.

4. Penanaman Kangkung
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 – 5 biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system garitan (baris).

5. Pemeliharaan Kangkung
Pemeliharaan yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun hujan harus dilakukan penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.

6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Kangkung
Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis gossypii. Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

7. Panen dan Pasca Panen Kangkung
Panen dilakukan setelah berumur + 25 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar 2 cm di atas permukaan tanah. Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran kangkung, yaitu dengan cara menempatkan kangkung yang baru dipanen di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan pengiriman produk ketempat tujuan secepatnya.

Tambahan: agar tanaman kangkung bisa berproduksi lagi, setelah panen dengan cara memotong (bukan dicabut) berikan pupuk urea lagi seperti sebelumnya, dan pangkaslah bunga yang muncul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label