Minggu, 26 Agustus 2012

Teknologi Budidaya Padi Dengan Pendekatan PTT

Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) merupakan alternatif pengelolaan padi secara intensif pada lahan sawah. Komponen-komponen pengelolaan tanaman terpadu seperti pengelolaan hama terpadu (PHT), hara terpadu, air terpadu, dan gulma terpadu telah dipraktekan dalam beberapa tahun terakhir. Namun karena pengelolaan-nya masih parsial, maka hasilnya belum optimal. Model PTT dikembangkan dengan secara menyeluruh, dengan mengintegrasikan produksi tanaman, sehinngga diharapkan hasilnya akan lebih nyata.
Pendekatan PTT memperhatiikan penerapan teknologi dengan kesesuaian sosial dan ekonomi masyarakat setempat. 
Hasil penelitaian yang dilaksanakan oleh Puslitbang Tanaman Pangan dan IRRI direkomendasikan perlunya pendekatan PTT yang mengintegrasikan penggunaan kompos/pupuk organik pada usaha tani lahan sawah. FAO bahkan menetapkan perlunya pendekatan PTT sebagai penyempurnaan dari program Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Salah satu pencirian dalam pendekatan PTT adalah keharusan dalam penerapan seluruh komponen teknologinya.
Pemilihan Varietas
  1. Varietas yang digunakan adalah varietas unggul dan bermutu sesuai dengan lingkungan setempat dan selera pasar. Kebutuhan benih unggul 25-30 kg/ha.
  2. Untuk lahan pasang surut varietas yang dapat digunakan yaitu : Air Tenggulang, Musi, Indragiri, Punggur, Inpara 1,2 dan 3
  3. Untuk lahan irigasi dapat digunakan varietas Ciherang, Mekongga, Gilirang, Inpari 1-10 dan Silogonggo
Seleksi dan Penyemaian Benih
  1. Masukan benih ke dalam ember berisi air garam 3%, aduk untuk memudahkan pemisihan; keluarkan benih yang terapung, cuci benih yang terbenam.
  2. Tempatkan benih terpilih ke dalam kantong kain, kemudian rendam dalam air hangat
  3.  Tiriskan air dari kantong kain keluarkan dan letakkan di tempat hangat
  4. Buat bedengan lumpur disawah dengan lebar 1,0-1,2 m dan panjangnya 10-20m, tambahkan bahan organik/sekam 2kg/m2, tabur benih.
  5.  Persemaian di pagar plastik
  6. Dipupuk urea, dosis 20-40 gr/m2
Pengolahan Tanah
  1. Penyemprotan herbisida Sistematik dosis 2-4 l/ha, pada awal MH, Sebarkan bbahan organik dan benamkan gulma
  2. Bajak menggunakan hand traktor, atau cangkul, diglebeg 1 kali. Catatan : Setelah 3 musim tanam disingkal 1 kali dan diglebeg, siap tanam (lahan pasang surut)
  3. Setelah lahan digenangi dan tanah lunak, jadikan melumpur
  4.  Ratakan lahan

Pengairan 
  1. Perbaikan saluran kuarter : pendalam saluran, pembersihan gulma dan saluran.
  2. Tata air mikro: penyediaan pintu   air, pembuatan saluran cacing.
Penanaman 
  1. Setelah berdaun dua, kira-kira 15-20 hari di pesemaian, bibit siap dipindah
  2. Diusahakan akr tidak putus
  3. Angkat bibit dengan tanah dari pembibitan, segera ditanam
  4. Tanam dalam kondisi air macak-macak
  5. Tanam teratur, 1 bibitper lubang tanam
  6. Jarak tanam; 20 cm x 20 cm, atau 40 cm x 20 cm x 10 cm (jajar legowo 4:1)
  7. Penyulaman 7 HST, dengan umur bibit sama.
Pemupukan
  1. Pupuk dasar, 7 – 10 HST. Jenis pupuk; urea 50 kg/ha; SP36 100kg/ha, KCl 25kg/ha.
  2. Pemupukan urea ke 2 umur 25-28 HST dan ke 3 pada umur 38-42 HST menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Jika warna daun berada pada skala 2 s/d 3,5 maka perlu dipupuk 50-75 kg urea/ha.
Pengendalian Gulma
  1. Keluarkan air sebelum pengendalian gulma
  2.  Lakukan penyulaman lebih awal, tangan atau alat mekanik
  3.  Ulangi 2 s/d 3 kali sampai daun-daun menutup (sebelum pemupukan susulan I dan II)
  4. Dapat juga digunakan herbisida sesuai anjuran
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan pengelolaan hama terpadu (PHT). Kemampuan pengendalian yang diterapkan disesuaikan tahapan budidaya tanaman secara umum, yaitu;
  1. Pertanaman: gunakan varietas yang tahan, tanam serempak, melakukan pengamatan lubang-lubang tikus
  2. Pesemaian: pememriksaan secara dini pada kelompok telur, perlakukan benih dan bibit
  3. Fase vegetatif gunakan urea sesuai BWD, memantau pengembangan hama dan penyakit
  4. Fase generatif, memantau perkembangan hama dan penyakit
Panen
  1. Hitung sejak padi mulai berbunga, biasanya panen jatuh pada 30-35 hari  setelah berbunga
  2. Panen dilakukan bila 90% mulai menguning/masak fisiologis.
  3. Panen dilakukan dengan menggunakan arit, potong bagian tengah atau atas rumpun bila dirontok dengan power thresher.
Sumber : Brosur budidaya Padi
               Balai pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat 2009
sumber gambar : google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label