Rabu, 30 Januari 2013

Peternakan dalam Kaca Mata Islam

Bulan Dzulhijjah ada di depan mata, sebentar lagi Umat Islam di seluruh penjuru dunia akan disibukkan dengan prosesi kurban yang melibatkan beberapa hewan yang akan dijadikan sebagai hewan kurban, diantaranya adalah sapi, kambing dan unta. Hal ini mengingatkan kita akan kaitannya dengan masalah hewan ternak yang menjadi syarat utama untuk berkurban. 
 
Selain itu, Allah juga telah  menyinggung masalah hewan ternak secara gamblang dalam salah satu ayat-Nya, Dia memperingatkan manusia akan pentingnya hewan ternak bagi kehidupan manusia dalam firman-Nya di Surat Al-Mu’minuun [23]: 21 yang berbunyi: Dan sungguh pada hewan-hewan ternak terdapat suatu pelajaran bagimu. Kami memberi minum kamu dari (air susu) yang ada dalam perutnya, dan padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan sebagian darinya kamu makan.
Beberapa manfaat dari hewan ternak adalah susunya dapat diminum, dagingnya dapat disantap, kulitnya dapat dipakai sebagai bahan membuat sepatu, dan manfaat lainnya, bahkan kotorannya sekalipun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Maka dari itu, sebagai umat Islam, sepatutnya kita mensyukuri nikmat Allah SWT yang sungguh besar manfaatnya bagi kehidupan umat manusia ini.

Lantas, bagaimana cara mensyukurinya? Ada beberapa cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT, kita bisa mensyukurinya dengan mengambil manfaatnya tanpa adanya unsur ketamakan atau berlebih-lebihan. Cara lainnya adalah dengan mempelajari tentang dunia peternakan agar kita lebih pandai dalam memanfaatkan karunia Ilahi. Sedikit upaya yang bisa dilakukan untuk mendalami dunia peternakan adalah dengan memahami sejarah peternakan dan hubungannya dengan peradaban Islam.


Peternakan dan Peradaban Islam.
Jika diamati lebih dalam, sungguh erat hubungan hewan ternak dengan AL-Quran, bahkan Dr. Rusfidra, S. Pt yang pernah menulis tentang hubungan Agama Islam dengan peternakan menyebutkan bahwa ilmu peternakan merupakan ilmu terapan yang disebut secara eksplisit di dalam Al Quran. Bahkan beberapa nama hewan ternak dijadikan sebagai nama surat di dalam Al Quran, misalnya sapi betina (Al Baqarah), hewan ternak (Al An'am), dan ternak lebah (An Nahl). Banyak ayat Al Quran yang secara eksplisit menyebut nama-nama hewan ternak, misalnya ternak sapi (QS. 2: 67-71, 73; QS Yusuf: 43), unta (QS. Al An'am:144; Al Hajj: 27, 37; QS. Al Ghasiyah:17), domba (QS. Al An'am:143, 146; QS. An Nahl: 80), kambing (QS. Al An'am: 143, An Nahl: 78, Shad: 23-24), unggas (QS. 2: 260; 3: 49; 5: 110; 6: 38; 16: 79; 23: 41; 27: 16; 67: 19), kuda (QS. 3: 14; 8: 60; 16: 8; 38: 31; 100: 1) dan lebah (QS. 16: 68-69). Bahkan ternak telah lama akrab dalam kehidupan kaum Muslimin, baik dalam pelaksanaan ibadah (zakat, kurban) maupun manfaatnya yang multi guna dalam kehidupan.
 
Melihat banyaknya ayat yang menggunakan nama-nama hewan ternak ini patut menjadi bahan renungan. Hewan ternak merupakan sumber pelajaran yang penting di alam karena terdapat banyak hikmah dalam penciptaannya. Lihatlah bagaimana Allah memberikan kemampuan pada ternak ruminansia (sapi, kambing, domba dan kerbau) yang mampu mengubah rumput menjadi daging dan susu. Atau kemampuan yang dimiliki lebah madu dalam mengubah cairan nektar tanaman menjadi madu yang bermanfaat dan berkhasiat obat bagi manusia (QS. An Nahl [16]: 68-69). Sedemikian besarnya peran usaha peternakan dalam kehidupan, maka sudah pada tempatnya sub-sektor ini mendapat perhatian kaum Muslimin, termasuk melakukan penelitian dan pengembangan produk peternakan yang bersumber pada Al Quran dan Al Hadis.

Di samping itu, dalam sebuah riwayat ada yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berbincang-bincang dengan para sahabat mengenai dunia peternakan "Semua Nabi pernah menggembala kambing", kata Beliau.Kemudian, seorang Sahabat bertanya, "Engkau sendiri bagaimana, ya Rasul?". "Aku pernah menggembala kambing," jawab Nabi SAW. Dialog singkat tersebut mengisyaratkan bahwa menjadi peternak (penggembala ternak) adalah profesi yang pernah dilakukan para nabi. Bahkan, banyak penulis sirrah nabawiyah menjelaskan bahwa ketika berusia muda, Nabi Muhammad SAW adalah seorang penggembala kambing yang terampil. Beberapa riwayat menjelaskan, Nabi yang mulia itu sering memerah susu ternak domba piaraannya untuk konsumsi keluarga beliau.  

Profesi sebagai peternak sapi juga pernah dilakukan Nabi Musa AS selama delapan tahun, sebagai mahar atas pernikahannya dengan anak perempuan Nabi Syuaib AS. Menjadi peternak sapi selama 8 tahun tentu bukanlah waktu yang singkat, namun itu yang dijalani Nabi Musa. Ikhlas menjadi seorang peternak. Bahkan, profesi pengembala ternak telah tercatat dalam sejarah sejak Nabi Adam AS ketika Allah SWT memerintahkan kepada dua anak lelaki Nabi Adam, Habil dan Qabil untukm berkurban, dalam menentukan siapa yang lebih berhak kawin dengan Iklima (anak gadis Nabi Adam yang cantik) dan Labuda (anak gadis Nabi Adam yang kurang cantik). Sejarah mencatat, Habil mempersembahkan seekor domba yang sehat dan gemuk, sedangkan Qabil hanya mempersembahkan hasil pertanian yang tidak baik. Kurban Habil diterima Oleh Allah SWT. Berkurban dengan seekor domba. Ada pula sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasai: "Sesungguhnya Tuhanmu kagum pada seorang pengembala kambing". Menjadi pengembala kambing mungkin profesi yang biasa di mata kita, bukan pekerjaan yang istimewa. Tapi dimata Allah, si pengembala kambing itu adalah istimewa. "Alkisah, seorang pengembala, di padang lapang, sunyi, tak berpenduduk, tak berpenghuni. Sendirian, ia hanya bersama kambing-kambingnya. Sepintas tidak ada yang istimewa dari si pengembala itu. Tapi pengembala itu telah membuat kagum Tuhannya. Dengan apa? Bila waktu shalat tiba, di padang lapang itu, ia berdiri mengumandangkan adzan sendiri, lalu shalat sendirian. Setelah melakukan shalat, Allah swt. berfirman: "Lihatlah hambaKu ini, ia adzan, lalu mendirikan shalat. Ia takut kepada-Ku. Aku telah mengampuninya dan Aku masukkan ia ke dalam surga". (Dikutip dalam Majalah Tarbawi, Juni 2006).

Beternak, Syarat Mutlak Tingkatkan Kualitas Hidup  
Prof. I.K. Han, Guru Besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul, Korea Selatan (1999) menyebutkan pentingnya ternak dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Ternak juga bermanfaat dalam kegiatan keagamaan: misalnya dalam melaksanakan ibadah qurban, dibutuhkan ternak sapi, domba ataupun kambing. Pada zaman dahulu jumlah pemilikan ternak juga merupakan indikasi strata sosial seseorang. Betapa tidak, produk utama ternak (susu, daging dan telur) merupakan bahan pangan hewani bergizi tinggi yang dibutuhkan manusia. Hewan ternak juga berperan sebagai sumber pendapatan, sebagai tabungan hidup, tenaga kerja pengolah lahan, alat transportasi, penghasil biogas, penghasil pupuk kandang dan sebagai hewan kesayangan (Tangka et al. 2000). 

Usaha peternakan, kata Dr. Rusfidra, S. Pt adalah rahasia ekonomi para nabi, mereka bekerja dengan cerdas menggembala kambing karena multiplier effect yang luar biasa. Jadi orang yang memilih usaha peternakan bisa dikatakan sebagai langkah awal untuk mengikuti jejak para nabi yang telah disebutkan di atas. Sebelum mengakhiri tulisan ini, pantas kita renungkan sebuah pepatah berbahasa Arab yang berbunyi "Negara yang kaya dengan ternak tidak akan pemah miskin, dan negara yang miskin dengan ternak tidak akan pernah kaya." (Campbell dan Lasley, 1985). Negara Indonesia adalah Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sebenarnya Zamrud Khatulistiwa ini kaya dengan populasi ternak, namun perhatian pemerintah masih rendah terhadap sektor ini. Barangkali itulah salah satu penyebab negara ini sulit bangkit dari krisis ekonomi.  Maka, sebagai genarasi muda Islam, sayang sekali jika banyak dari kita yang masih diam berpangku tangan menunggu hujan, sedangkan hujan tidak akan pernah menurunkan emas dan perak dari langit. Sekaranglah saatnya berusaha, namun jangan lupa, sebelum membuat sebuah usaha, harus tahu ilmunya terlebih dahulu. Karena berusaha tanpa ilmu hanyalah mengundang kegagalan. Oleh karena itu, jika anda berminat dengan dunia peternakan, sekaranglah saatnya belajar bagaimana beternak hewan dan marilah kita majukan sektor peternakan! 


Oleh : Rizka Dwi Seftiani, S.Pd.I (Pernah dimuat di Majalah Gontor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label